virgiantidesvir
Jumat, 25 Desember 2015
SITASI
DESY VIRGIYANTI (1203222)
BAB XII
SITASI (KUTIPAN) ARTIKEL TENTANG JALAN REL
12.1 Model Perubahan Lingkungan di Koridor Jalan Untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
(Sumber Kutipan (Sitasi) : dari Artikel Konteks 7 UNS-Surakarta 24-26 Oktober 2013 IM. Purwaamijaya dan RM. Masri)
1. PENDAHULUAN
Pembangunan transportasi (darat, laut dan udara) dilakukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomis, stabilitas nasional, pemerataan dan penyebaran pembangunan dengan menembus keterasingan dan keterbelakangan daerah terpencil sehingga semakin memantapkan perwujudan wawasan nusantara serta memperkokoh ketahanan nasional (Soejono dan Ramelan, 1994). Pembangunan dan pengembangan transportasi terus ditingkatkan untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan akan angkutan penumpang dan barang. Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001untuk bidang pelayanan prasarana jalan wilayah terdiri dari bidang pelayanan jaringan jalan dan ruas jalan. Bidang pelayanan jaringan jalan terdiri dari aspek aksesibilitas, mobilitas dan kecelakaan dengan indikator tersedianya jaringan jalan yang mudah diakses oleh masyarakat, dapat menampung mobilitas masyarakat serta dapat melayani pemakai jalan dengan aman. Bidang pelayanan ruas jalan terdiri dari aspek kondisi jalan dan kondisi pelayanan dengan indikator tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan kenyamanan pemakai jalan serta dapat memberikan kelancaran pemakai jalan. Secara keseluruhan sarana angkutan jalan raya untuk mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor mengalami kenaikan rata-rata 8,88 % per tahun. Kondisi prasarana jalan yang mengalami kerusakan mencapai 32,60 % dan pertumbuhan sarana angkutan jalan raya sebesar 8,88 % menimbulkan penurunan kinerja jaringan jalan.
Pembangunan prasarana dan pertumbuhan sarana jalan yang tidak seimbang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, yaitu berupa keresahan masyarakat akibat pembebasan lahan (tahap pra-konstruksi), pencemaran udara, kebisingan, debu, getaran, gangguan aliran permukaan, pencemaran air, kerusakan utilitas,
peningkatan limbah, kemacetan (tahap konstruksi), kecelakaan lalu-lintas, pencemaran udara, kebisingan, perubahan bentang alam dan tataguna lahan (tahap operasi dan pemeliharaan).
2. KAJIAN PUSTAKA
Kajian rona wilayah adalah kajian untuk menemukenali potensi dan masalah pembangunan wilayah serta jenis tipologis wilayah untuk menyusun skenario penataan wilayah dalam rangka mencapai sasaran pembangunan (Amien, 1992). Rona wilayah terdiri dari komponen fisik-kimia, biologis dan sosial (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Komponen fisik-kimia terdiri dari iklim, fisiografis, hidrologis, ruang, lahan, tanah, kualitas udara dan kebisingan. Komponen biologis terdiri dari flora dan fauna. Komponen sosial terdiri dari demografis, ekonomis, budaya dan kesehatan masyarakat. Kajian rona wilayah dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan taksonomi wilayah atau mengikuti model perkembangan rona sosial, ekonomis, fisik (sumberdaya alam dan lingkungan), struktur tataruang dan alokasi pemanfaatan ruang serta kelembagaan (Amien, 1992). Proses pembangunan dan operasional jalan dapat dibagi menjadi tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca-konstruksi (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996; Tamboen, 1994). Tahap pra-konstruksi adalah kegiatan yang berkaitan dengan masalah pengadaan lahan dan pemindahan penduduk (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Kegiatan pra-konstruksi maksudnya untuk menyelesaikan segala sesuatu yang terkait dengan upaya memperoleh lahan yang diperlukan. Kegiatan pra-konstruksi termasuk pula merumuskan kebijakan pembayaran ganti rugi serta pemindahan penduduk. Kegiatan pengadaan lahan perlu didukung dengan data yang lengkap mengenai lokasi, luas, jenis peruntukan dan penduduk yang memiliki lahan atau menempati lahan. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan pada pra-konstruksi dilakukan survei areal dengan melakukan pemancangan dan perintisan (Tamboen, 1994). Tahap konstruksi adalah kegiatan pelaksanaan fisik konstruksi seperti kegiatan mobilisasi tenaga kerja atau alat-alat berat, pengoperasian base camp, penyiapan tanah dasar, pekerjaan konstruksi jalan atau jembatan serta kegiatan pengangkutan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan serta disiapkan pada kegiatan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Tahap pasca-konstruksi adalah kegiatan mengoperasikan prasarana dan sarana transportasi yang telah dibangun pada masa garansi oleh kontraktor (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Tahap pasca-konstruksi meningkatkan aksesibilitas, geometrik jalan dan penggunaan kendaraan (Tamboen, 1994). Klasifikasi fungsional atau hirarki jalan diatur dalam UURI No.13 tahun 1980 tentang jalan dan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 tentang jalan. Hirarki jalan penting dan mempunyai pengaruh yang sangat luas. Ada berbagai macam klasifikasi jalan sesuai dengan keperluannya. Pengelompokan jalan dapat dibagi berdasarkan wewenang pembinaan, perancangan teknis dan fungsi jalan (Ditjen Bangda dan LPM ITB, 1994). Pengelompokkan jalan menurut wewenang pembinaan terbagi atas : jalan nasional yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh menteri dan jalan daerah yang terdiri dari jalan propinsi, jalan kota dan jalan kabupaten yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pengelompokkan jalan menurut perancangan teknis (design) yang sesuai dengan Rancangan Pedoman Perancangan Geometrik Jalan Kota tahun 1998 dibagi menjadi jalan tipe I kelas I dan II serta tipe II kelas I, II, III dan IV. Pengelompokan jalan menurut Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1992 dibagi menjadi kelas I, II, III A, III B, III C berdasarkan muatan sumbu terberat (MST) kendaraan serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut fungsi yang sesuai dengan UU 13/1980 dan PP 26/1985 dibagi menjadi jaringan jalan primer dan sekunder yang masing-masing terdiri dari jalan arteri, kolektor serta lokal. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata kendaraan tingi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan kolektor adalah jalan yang yang melayani angkutan jarak sedang sebagai pengumpul dan pembagi kendaraan dengan kecepatan rata-rata kendaraan sedang serta jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata kendaraan rendah serta jumlah jalan masuk tidak dibatasi (Ditjen Bangda dan LP ITB, 1993). Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 mengenai Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum bidang pelayanan prasarana jalan wilayah terdiri dari Jaringan Jalan dan Ruas Jalan (Depkimpraswil, 2003). Bidang pelayanan jaringan jalan memiliki aspek aksesibilitas, mobilitas dan kecelakaan. Ruas jalan memiliki aspek kondisi jalan dan kondisi pelayanan. Aspek aksesibilitas indikatornya adalah tersedianya jaringan jalan yang mudah diakses oleh masyarakat, aspek mobilitas indikatornya adalah tersedianya jaringan jalan yang dapat menampung mobilitas masyarakat dan aspek kecelakaan indikatornya adalah tersedianya jaringan jalan yang dapat melayani pemakai jalan dengan aman. Bidang pelayanan ruas jalan
memiliki aspek kondisi jalan dan kondisi pelayanan. Aspek kondisi jalan indikatornya adalah tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan kenyamanan pemakai jalan dan aspek kondisi pelayanan indikatornya adalah tersedianya ruas jalan yang dapat memberikan kelancaran pemakai jalan.
Dampak pembangunan jalan terhadap lingkungan adalah merupakan hubungan antara kegiatan pembangunan jalan dengan komponen lingkungan. Kegiatan pembangunan jalan dapat dibagi dalam 3 tahapan, yaitu : pra-konstruksi, konstruksi dan pasca-konstruksi. Dalam kegiatan pra-konstruksi dapat disebutkan survei areal dan pembebasan lahan. Pembebasan lahan dapat dirinci menjadi kegiatan penentuan batas areal dan ganti rugi lahan. Kegiatan
aktivitas dalam tahapan pra-konstruksi jelas memberikan pengaruh pada komponen lingkungan. Kegiatan masa konstruksi yang diperkirakan akan memberikan pengaruh pada komponen lingkungan ialah mobilisasi alat berat, pembersihan areal/bukit, pembuatan jalan dan jembatan. Mobilisasi alat-alat berat akan memberikan pengaruh pada kondisi prasarana transportasi. Pembersihan areal/bukit memberikan pengaruh pada perubahan tataguna lahan, eksistensi flora dan fauna serta tenaga kerja. Pembuatan jalan akan memberikan pengaruh pada tenaga kerja dan kualitas air. Pembuatan jembatan akan memberikan pengaruh terhadap tenaga kerja, kualitas air dan perubahan pola air sungai. Kegiatan pasca-konstruksi akan meningkatkan aksesibilitas, geometrik jalan serta penggunaan sarana kendaraan. Peningkatan tingkat aksesibilitas pemakai jalan akan menghemat waktu perjalanan, meningkatkan arus informasi, menyebabkan perubahan tataguna lahan serta mengubah karakteristik perjalanan (trip). Peningkatan geometrik jalan akan memberikan pengaruh terhadap keselamatan perjalanan serta dampak estetis peninggalan sejarah. Penggunaan kendaraan yang meningkat akibat beroperasinya suatu ruas jalan akan memberikan dampak terhadap semakin meningkatnya produksi kendaraan serta volume lalu-lintas. Dampak kegiatan pembangunan jalan terhadap komponen lingkungan dapat bersifat relatif pendek atau panjang jangka waktunya. Dampak dapat berbentuk polusi yang diakibatkan oleh sarana jalan atau penipisan (deplisi) sumberdaya alam yang diakibatkan oleh rute prasarana jalan.
3. METODOLOGI
Penelitian dilakukan di Kota Bandung dengan posisi 107o 32' 48",39 Bujur Timur sampai dengan 107o 44' 07",55 Bujur Timur serta 06o 58' 16",72 Lintang Selatan sampai dengan 06o 50' 21",06 Lintang Selatan terutama di Kecamatan Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Margacinta, Rancasari, Cibiru, Ujungberung, Arcamanik, Kiaracondong, Batununggal, Andir dan Cibeunying Kidul. Jalan yang akan diteliti adalah Jalan Soekarno Hatta Bandung yang memiliki panjang 17,67 km. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama 8 bulan dari bulan Februari 2013 sampai dengan September 2013.
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tahap pembangunan prasarana jalan yang diawali dengan rona awal wilayah studi untuk mengenali karakteristik wilayah studi. Bahan dan alat yang digunakan pada tahap mengenali rona awal wilayah studi dikelompokkan berdasarkan komponen sosial kependudukan, ekonomis, struktur tata ruang, alokasi pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam. Bahan-bahan yang digunakan untuk mengenali rona awal wilayah studi adalah : Buku laporan statistik Kota Bandung dalam Angka, Buku laporan Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah, Buku laporan statistik Transportasi di Kota Bandung. Bahan dan alat yang digunakan pada tahap pra-konstruksi jalan adalah hasil angket (questioner) dan angket yang disebarkan kepada masyarakat untuk keperluan pengadaan tanah dan pemukiman kembali penduduk. Bahan dan alat yang digunakan pada tahap konstruksi jalan adalah buku laporan, peta dan gambar tahap pengembangan daerah kerja, pekerjaan konstruksi jalan dan pengembangan daerah kerja ke kondisi semula atau mendekati kondisi semula. Bahan dan alat yang digunakan pada tahap pasca-konstruksi dikelompokkan berdasarkan dampak-dampak yang ditimbulkan, yaitu : gangguan terhadap arus lalu-lintas berupa formulir isian survey lalu-lintas dengan menggunakan alat counter dan video camera recorder, peningkatan pencemaran udara dan kebisingan berupa udara yang berada di koridor jalan dengan menggunakan perangkat alat analisis pencemar udara dan perangkat alat pengukur kebisingan (sound level meter), peningkatan pencemaran air dan volume air harian berupa air yang berada di badan air di koridor jalan dengan menggunakan perangkat alat analisis pencemar air dan perangkat alat pengukur debit air, penurunan kesehatan masyarakat berupa buku laporan kesehatan masyarakat, perubahan penggunaan dan tutupan lahan berupa peta-peta penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak dan keras alat analisis spasial digital, perubahan sosial berupa angket yang disebarkan ke kantor-kantor kecamatan yang dilalui oleh jalan, perubahan fauna dan flora berupa laporan jumlah fauna dan flora yang berada di koridor jalan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari : analisis spasial menggunakan system informasi geografik, analisis fisik lingkungan yang meliputi analisis fisik-kimia air, udara dan tanah, analisis sosial ekonomi, analisis flora dan fauna serta analisis system dinamis.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan lingkungan pada tahap pra-konstruksi Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung mengenai 33.962 orang dengan luas wilayah mencapai 3,534 km2 dengan biaya pembebasan lahan mencapai nilai Rp. 7.068.000.000,00 (tujuh milyard enam puluh delapan juta rupiah). Produksi lahan pertanian yang hilang pada tahap pra-konstruksi jalan mencapai 2.120,4 ton gabah kering giling per tahun dengan nilai mencapai Rp. 212.040.000,00 (dua ratus dua belas juta empat puluh ribu rupiah). Jumlah kepala keluarga petani yang kehilangan pekerjaan dari sektor pertanian mencapai 3.774 kepala keluarga. Selisih pendapatan petani per kapita dari hasil pembebasan lahan dengan dari sektor pertanian adalah sebesar Rp. 1.816.600,00 (satu juta delapan ratus enam belas ribu enam ratus rupiah). Kegiatan tahap pra-konstruksi secara finansial tidak merugikan petani selama 12 bulan. Perubahan lingkungan pada tahap konstruksi Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung mengenai 33.962 orang dengan luas wilayah mencapai 7,068 km2. Perubahan guna lahan dari pertanian menjadi luas perkerasan adalah 247.380.000 m2, untuk median jalan seluas 17.670.000 m2, untuk bahu jalan seluas 35.340.000 m2 dan untuk saluran drainase seluas 17.670.000 m2. Jenis flora yang hilang dari lahan sawah yang menjadi daerah milik jalan adalah padi (Oryza sativa spp) sebanyak 3.600.000.000 rumpun, kangkung (Ipomoea aquatica) sebanyak 560.000.000 rumpun dan genjer (Limnocharis flava) sebanyak 560.000.000 rumpun pula. Jenis fauna yang hilang dari lahan sawah yang menjadi daerah milik jalan adalah katak (Rana macrodon, R. Cancrivora,R. Limnocharis) sebanyak 3.180.600 ekor, belut (Monopterus albus) sebanyak 6.361.200 ekor dan ular sawah (Phyton reticulatus) sebanyak 3.180.600 ekor pula. Jumlah orang yang dipekerjakan pada tahap konstruksi sebanyak 1.736 orang yang mengerjakan pembangunan
konstruksi jalan, bangunan bawah jembatan dan bangunan atas jembatan. Perubahan prasarana transportasi yang menghubungkan Jalan Sudirman di sebelah barat dengan Cibiru di sebelah timur Kota Bandung melalui ruas jalan Sudirman-Pasir Koja (1.500,16 meter), ruas jalan Pasir Koja-Kopo (2.366,00 meter), ruas jalan Kopo-Cibaduyut (664,53 meter), ruas jalan Cibaduyut-Mohammad Toha (1.643,48 meter), ruas jalan Mohammad Toha-Buah Batu (2.635,61 meter), ruas jalan Buah Batu-Kiaracondong (957,15 meter), ruas jalan Kiaracondong-Gede Bage (5.995,12 meter) dan ruas jalan Gede Bage-Cibiru (2.809,67 meter). Perubahan kualitas air sungai yang melewati Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Barat menyebabkan parameter BOD (standar baku mutu 30 mg/L), COD (standar baku mutu 60 mg/L) dan Nitrogen (standar baku mutu 0,06 mg/L) melampaui standar baku mutu
yang ditetapkan oleh PDAM Kota Bandung. Perubahan lingkungan pada tahap pasca konstruksi jalan menghemat waktu tempuh perjalanan dari Jalan Soedirman ke Cibiru sekurangnya selama 1 jam 20 menit 37,86 detik dengan kecepatan kendaraan mencapai 20 km/jam. Perubahan lingkungan jalan tahap pasca-konstruksi mengenai 1.084.006 orang pada awal operasi jalan dan 1.145.728 orang pada akhir tahun 2003 dengan luas wilayah persebaran dampak di 18 kecamatan yang memiliki luas mencapai 7.708.491,1 m2. Perubahan guna lahan permukiman cenderung naik dari seluas 69,20 km2 pada tahun 1992 menjadi 85,40 km2 pada akhir tahun 2000. Perubahan guna lahan pertanian terus menurun dari 27,10 km2 pada tahun 1992 menjadi hanya seluas 15,44 km2 pada akhir tahun 2000. Jumlah kendaraan yang melewati Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung cenderung naik dengan puncak volume lalulintasnya berada di Jalan Buah Batu dan Leuwi Panjang (18.000 satuan mobil penumpang selama 24 jam). Parameter kualitas udara yang melampaui baku mutu di sekitar daerah pengukuran Jalan Soekarno-Hatta pada tahun 2003 adalah O3 (oksidan) 0,538 ppm per jam (baku mutu 0,08 ppm per jam), SPM (suspended particulate matter) 151,12 g/m3/jam (baku mutu 150 g/m3/jam), HC (hidrocarbon) 1,256 /3 jam (baku mutu 0,24 / 3 jam) dan kebisingan (noise) 75,23 dBA (baku mutu 50 dBA untuk ruang terbuka hijau). Hasil pemantauan polusi udara yang dilakukan oleh kendaraan laboratorium polusi udara selama 8 jam sehari pada Bulan Desember 2004 di Jalan Sukarno Hatta pada lokasi Jalan Elang, Leuwi Panjang, Buah Batu, Margahayu Raya, Gede Bage dan Cibiru untuk kualitas udara parameter NOx (baku mutu 0,05 ppm) dan SPM (baku mutu 150 g/m3) melampaui baku mutu berdasarkan Standard Baku Mutu Udara Ambien (Kep.41/MENKLH/1999) pada selang waktu jam 08.00 sampai dengan jam 11.00 dan jam 14.00 s.d jam 15.00. Untuk parameter kualitas udara O3 (baku mutu 0,10 ppm), SO2 (baku mutu 0,10 ppm) dan CO (20 ppm) tidak melampaui baku mutu pada semua waktu pengamatan dan di semua lokasi pengukuran. Untuk kualitas udara parameter HC4 (baku mutu 0,24 ppm) dan non-HC (baku mutu 0,24 ppm) melampaui baku mutu di semua lokasi pengukuran dan pada semua selang waktu. Parameter kualitas udara yang harus dikendalikan karena prasarana dan sarana jalan adalah NOx, SPM, HC4 dan non-HC. Perubahan lingkungan yang terjadi pada tahapan pra-konstruksi jalan karena kegiatan pembebasan lahan untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya memberikan perubahan besar dan penting terhadap sektor pertanian yang sifat perubahannya permanen dan memiliki pengaruh ke tahapan konstruksi dan sektor-sektor pembangunan lain. Perubahan lingkungan yang terjadi pada tahap konstruksi jalan karena pekerjaan galian dan timbunan untuk komponen fisik dan biologis memberikan perubahan besar dan penting terhadap lahan-lahan pertanian yang dilewati oleh koridor jalan yang sifat perubahannya permanen dan memiliki pengaruh berganda terhadap komponen sosial dan ekonomi serta menjadi pemicu perubahan lingkungan untuk tahap pasca-konstruksi. Perubahan lingkungan yang terjadi pada tahap pasca-konstruksi karena jumlah sarana kendaraan yang melewati jalan untuk komponen sosial, ekonomis dan budaya memberikan perubahan besar dan penting terhadap pengembangan wilayah dan pergeseran sektor pertanian ke sektor-sektor pembangunan lain yang sifat perubahannya dinamis. Perubahan komponen fisik dan kimia yang disebabkan oleh sarana kendaraan yang melewati jalan berupa perubahan besar dan penting terhadap kualitas udara dan air yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan. Perubahan tidak langsung komponen biologis yang disebabkan oleh sarana kendaraan yang melewati jalan berupa perubahan besar dan penting terhadap jumlah flora dan fauna karena kenaikan terjadinya konversi lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan industri dan permukiman. Pola perubahan lingkungan untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya pada tahap pra-konstruksi jalan dari hasil permodelan dinamis menunjukkan pola perubahan linier mengikuti perubahan linier panjang koridor jalan yang dibebaskan untuk pembangunan jalan. Pola perubahan lingkungan untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, fisik dan biologis pada tahap konstruksi jalan dari hasil permodelan dinamis menunjukkan pola perubahan linier mengikuti pola perubahan linier implementasi pembangunan konstruksi jalan dan jembatan. Pola perubahan lingkungan untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya serta fisik-kimia pada tahap pasca-konstruksi jalan menunjukkan pola perubahan yang fluktuatif (turun naik) mengikuti perubahan fluktuatif jumlah sarana kendaraan yang melewati jalan. Pola perubahan lingkungan untuk komponen fisik dan biologis pada tahap pasca-konstruksi jalan hasil permodelan dinamis menunjukkan pola perubahan linier mengikuti pola perubahan linier populasi di wilayah yang dilewati jalan. Komponen-komponen lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan yang memiliki kepekaan (sensitivitas) tinggi terhadap lingkungan adalah parameter (1) harga lahan, (2) jumlah penduduk yang terkena pembebasan lahan, (3) fraksi luas lahan sawah terhadap luas pembebasan lahan, (4) jumlah kepala keluarga petani, (5) kepadatan penduduk, (6) penerimaan penjualan gabah kering giling, (7) harga jual gabah kering giling per bobot, (8) produksi gabah kering per luas lahan sawah, (9) penerimaan bersih pertanian, (10) lebar pembebasan lahan, (11) kelahiran dan (12) inmigrasi. Komponen-komponen lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan yang memiliki kepekaan (sensitivitas) tinggi terhadap lingkungan adalah parameter (1) biaya perkerasan jalan, (2) biaya bangunan bawah jembatan, (3) tenaga kerja untuk 1 km pembangunan jalan, (4) tenaga kerja untuk 1 m3 volume bangunan atas, (5)
tenaga kerja untuk 1 m3 volume bangunan bawah, (6) kerapatan padi (flora) dan (7) kerapatan katak (fauna). Komponen-komponen lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan yang memiliki kepekaan (sensitivitas) tinggi terhadap lingkungan adalah parameter (1) fraksi penduduk terhadap lahan permukiman dan pertanian, (2) konstanta penggunaan lahan, dan (3) fraksi fisik-kimia air dan udara terhadap satuan mobil penumpang per jam.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian mengenai pola perubahan lingkungan yang disebabkan oleh prasarana dan sarana jalan (studi kasus : di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung Jawa Barat), yaitu : (1) Hasil evaluasi proses pembangunan dan operasional prasarana dan sarana jalan mengenali 3 tahapan pembangunan jalan yang memberikan dampak (perubahan) positif dan negatif terhadap lingkungan yang pengelolaan dan pemantauan lingkungannya harus mempertimbangkan peningkatan perekonomian daerah, mengurangi perubahan bentang alam, mengurangi penurunan kualitas lingkungan dan mengurangi keresahan masyarakat. (2) Rona awal lingkungan wilayah studi termasuk wilayah tipe 1, yaitu wilayah yang memiliki growth potentials (keunggulan sumberdaya atau lokasi) yang besar tetapi tingkat dan arah perkembangannya memiliki potensi untuk melampaui daya dukung wilayahnya. (3) Perubahan penting terhadap lingkungan pada tahap pra-konstruksi terjadi pada komponen sosial, ekonomi dan budaya. Perubahan penting terhadap lingkungan pada tahap konstruksi terjadi pada komponen sosial, ekonomi, budaya, fisik dan biologis. Perubahan penting terhadap lingkungan pada tahap pasca-konstruksi terjadi pada komponen sosial, ekonomi, budaya, fisik, kimia dan biologis. Kebijakan-kebijakan lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan yang dapat mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan adalah :
• Harga lahan untuk pembebasan lahan harus bernilai di antara nilai jual objek pajak (NJOP) dengan harga pasar agar pihak penjual lahan dan pemerintah memperoleh manfaat dan pengorbanan yang seimbang dan wajar.
• Jumlah penduduk yang terkena pembebasan lahan harus didekati secara manusiawi dan memperoleh informasi yang cukup mengenai rencana pembebasan lahan dengan melakukan sosialisasi kepada semua penduduk yang terkena pembebasan lahan.
• Fraksi luas lahan sawah terhadap luas pembebasan lahan harus diukur secara akurat agar alokasi ketetapan jumlah dana pembebasan lahan untuk lahan sawah dan non-sawah tidak menimbulkan ketidakpuasan dari para pemilik lahan.
• Jumlah kepala keluarga petani harus dicacah dengan tepat melalui data dari kelurahan untuk mengantisipasi kegiatan yang membutuhkan informasi jumlah kepala keluarga petani, seperti rencana relokasi penduduk ke tempat lain dengan karakteristik wilayah yang mirip dengan wilayah asal.
• Kepadatan penduduk harus diketahui untuk kegiatan pra-konstruksi jalan agar dapat digunakan untuk merancang urutan prioritas pembebasan lahan dari yang wilayahnya memiliki kepadatan rendah ke wilayah yang memiliki kepadatan tinggi.
• Penerimaan penjualan gabah kering giling harus dihitung dengan akurat agar para petani mengetahui secara benar bahwa nilai dana pembebasan lahan telah memperhitungkan kerugian para petani berupa pengorbanannya kehilangan penerimaan penjualan gabah kering yang diperoleh jika lahan sawah petani tidak dibebaskan.
• Harga jual gabah kering giling per bobot harus ditetapkan secara wajar mengikuti mekanisme pasar agar studi kelayakan ekonomis rencana pembangunan jalan dapat diterima berdasarkan fenomena lapangan dan oleh semua pihak yang terlibat
• Produksi gabah kering per luas lahan sawah harus diketahui secara tepat melalui survei ke lapangan agar para pemilik lahan memperoleh informasi secara benar komponen penerimaan produksi lahannya untuk komponen penerimaan analisis finansial kegiatan pertanian.
• Penerimaan bersih pertanian merupakan selisih dari penerimaan kotor produksi lahan sawah terhadap total pengeluaran bersih dan pajak. Penerimaan bersih pertanian harus dapat ditetapkan secara akurat agar nilai harga pembebasan lahan dapat diterima para petani dengan sukarela.
• Lebar pembebasan lahan harus direncanakan dengan jelas agar para pemilik lahan yang terkena pembebasan lahan memperoleh kepastian hukum terhadap lahannya.
• Kelahiran penduduk harus disurvei dengan akurat karena mempengaruhi pula jumlah penduduk yang terkena pembebasan lahan dan program-program kependudukan untuk pemulihan.
• Inmigrasi harus disurvei dengan akurat untuk menghindarkan terjadinya konflik antara penduduk pribumi dengan para pendatang karena kegiatan spekulasi lahan.
Kebijakan-kebijakan lingkungan pada tahap konstruksi jalan yang dapat mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan adalah :
• Biaya perkerasan jalan harus dihitung dengan tepat memperhitungkan inflasi agar konstruksi perkerasan yang dibangun memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan dan memenuhi umur rencana sehingga tidak terjadi pemborosan dana pembangunan.
• Biaya bangunan bawah jembatan harus dihitung secara teliti karena memberikan dampak terhadap keselamatan para pengguna sarana kendaraan yang melewati jembatan.
• Tenaga kerja untuk 1 km pembangunan jalan harus dihitung dengan tepat agar waktu pembangunan jalan dapat dicapai sesuai rencana sehingga jalan dapat dioperasikan tepat waktu dan tidak memboroskan biaya konstruksi jalan.
• Tenaga kerja untuk 1 m3 volume bangunan atas harus dihitung dengan tepat agar waktu pembangunan konstruksi bentang jembatan dapat dicapai sesuai rencana sehingga jalan dapat dioperasikan tepat waktu dan tidak memboroskan biaya konstruksi bentang jembatan.
• Tenaga kerja untuk 1 m3 volume bangunan bawah harus dihitung dengan tepat agar waktu pembangunan konstruksi pondasi dan abutment dapat dicapai sesuai rencana sehingga jalan dapat dioperasikan tepat waktu dan tidak memboroskan biaya konstruksi pondasi dan abutment jembatan.
• Kerapatan padi (flora) harus dihitung dengan tepat sebagai masukan bagi para pengambil keputusan bidang pertanian untuk menggantikan tingkat produktivitas jumlah rumpun yang hilang dengan produksi di lahan lain atau merekomendasikan varietas lain dengan jumlah produksi yang lebih besar.
• Kerapatan katak (fauna) harus dihitung dengan tepat sebagai masukan bagi para perencana terhadap keseimbangan ekosistem dan perannya dalam rantai makanan sehingga jika terjadi ledakan hama dan penyakit pada lingkungan dapat dipecahkan secara tepat melalui upaya budidaya atau relokasi fauna.
Kebijakan-kebijakan lingkungan pada tahap pasca-konstruksi jalan yang dapat mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif terhadap lingkungan adalah :
• Fraksi penduduk terhadap lahan permukiman dan pertanian harus dapat diketahui secara akurat melalui sensus pertanian sebagai masukan bagi para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan perencanaan tataruang.
• Konstanta penggunaan lahan harus diketahui dengan tepat melalui serangkaian penelitian empiris di lokasilokasi yang berbeda dengan waktu pengamatan yang berbeda pula sehingga dapat dirancang penggunaan lahan yang fungsinya saling sinergis dalam ruang dan mengurangi berbagai masalah kemacetan, pemborosan bahan bakar, waktu dan tenaga.
• Fraksi fisik-kimia air dan udara terhadap satuan mobil penumpang per jam harus diteliti secara lebih terperinci dengan memperhatikan kontribusi sumber-sumber dari industri, permukiman dan gejala di alam sehingga dapat diperkirakan satuan mobil penumpang yang tepat terkait dengan kualitas fisik-kimia air dan udara.
Pengelolaan lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan adalah dengan melakukan metode partisipasi dan sosialisasi kepada semua pihak yang terkait. Metode partisipasi dan sosialisasi pada tahap pra-konstruksi jalan untuk menghindarkan adanya penolakan oleh masyarakat dan keresahan di lapangan sehingga tujuan dan sasaran tahap pra-konstruksi jalan dapat tercapai dengan tepat guna, berdayaguna dan optimal. Metode partisipasi dan sosialisasi pada tahap pra-konstruksi jalan merupakan upaya menilai kelayakan sosial pembangunan jalan. Pengelolaan lingkungan pada tahap konstruksi jalan harus dilakukan dengan suatu survei pengukuran dan pemetaan lahan di sepanjang koridor jalan, penyelidikan tanah, pekerjaan galian dan timbunan, pembangunan pondasi jalan dan perkerasan jalan berikut perlengkapannya. Implementasi metode perencanaan jaringan (network planning) pada tahap konstruksi jalan dengan demikian menjadi penting agar tahap konstruksi jalan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan tidak memboroskan dana pembangunan. Kelayakan teknis dan finansial pada tahap konstruksi jalan adalah upaya menilai diterima atau tidaknya kegiatan pada tahap konstruksi dari standar teknis dan standar finansial lembaga-lembaga yang berwenang. Pengelolaan lingkungan pada tahap pasca-konstruksi jalan adalah dengan cara menerapkan penghargaan dan sangsi (reward and punishment) para pihak yang terkait dan pengguna prasarana dan sarana kendaraan. Prasarana jalan harus diperbaiki sistem drainasenya untuk menghindarkan bahaya banjir dan memperpanjang umur pakai perkerasan jalan. Sarana kendaraan yang melewati jalan harus dibatasi dengan cara penerapan jalur-jalur searah untuk selang waktu tertentu, pembatasan umur kendaraan, penerapan batas minimal penumpang dan uji emisi kendaraan untuk periode waktu tertentu. Lahan-lahan di koridor jalan dihijaukan dengan tanaman-tanaman yang mampu menyerap emisi gas buang dan kebisingan serta dicadangkan sejumlah lahan untuk ruang terbuka hijau dan luasan perairan dalam bentuk danau. Cara pemantauan lingkungan pada tahap pra-konstruksi jalan adalah dengan melibatkan para fasilitator di wilayahwilayah yang dilewati koridor jalan dan dikoordinir oleh seorang ketua tim kegiatan pembebasan lahan. Para fasilitator di lapangan mempunyai peran sebagai sumber informasi dari pelaksana pembebasan lahan untuk pembangunan jalan kepada masyarakat di lapangan. Para fasilitator juga memberikan laporan kemajuan pembebasan lahan kepada ketua tim serta melaporkan berbagai kendala yang terjadi di lapangan untuk didiskusikan pemecahan masalahnya secara bersama-sama. Cara pemantauan lingkungan pada tahap konstruksi jalan adalah dengan cara menugaskan para penyelia teknis untuk pembangunan jalan dan jembatan yang dibekali dengan suatu perangkat
kendali kurva s dan jadwal penyediaan bahan, jadwal kerja tenaga kerja dan jadwal waktu pelaksanaan. Para penyelia lapangan akan dipantau oleh ketua tim melalui bukti kemajuan yang tergambar pada perbandingan kurva s pelaksanaan dengan kurva s dari lapangan. Cara pemantauan lingkungan pada tahap pasca-konstruksi adalah dengan cara menerapkan izin mendirikan bangunan dan pajak bumi dan bangunan yang tinggi untuk lahan-lahan pertanian
yang terkonversi. Prasarana jalan dipantau dengan melakukan pemeriksaan rutin oleh pemerintah terhadap perkerasan jalan dan drainase jalan. Sarana kendaraan dipantau dengan survei lalu-lintas pada periode waktu tertentu berikut pemantauan kualitas udara dan air oleh laboratorium berjalan seperti laboratorium mobil.
Kamis, 21 Mei 2015
AKU INGIN BERHIJAB
Aku mahasiswi Teknik Sipil di Universitas Pendidikan Indonesia. Setiap kali melirik kebanyakan adalah laki-laki, perempuannya hanyalah 30% dari 100%. Aku selalu berkerudung ketika ke kampus, tetapi apakah sudah cukup menutup aurat dengan berkerundung yaitu menempelkan kain diatas kepala agar menutupi rambut?
ladies muslimah aku baru tersadar bahwa bukanlah hanya untuk fashion saja kita berjilbab, tapi itu adalah kewajibanmu menutup auratmu menjaga dirimu dari kaum yang bukan muhrimmu..
so, kali ini aku ingin berhijab, syar'i dan mudah-mudahan aku istiqomah... amin..
ladies muslimah aku baru tersadar bahwa bukanlah hanya untuk fashion saja kita berjilbab, tapi itu adalah kewajibanmu menutup auratmu menjaga dirimu dari kaum yang bukan muhrimmu..
so, kali ini aku ingin berhijab, syar'i dan mudah-mudahan aku istiqomah... amin..
Jumat, 28 Maret 2014
PKM-AI 2014
HALAMAN PENGESAHAN
PKM-ARTIKEL ILMIAH
1. Judul Kegiatan :Pengembangan
dan Pemanfaatan GIS dan Pemetaan Digital
Untuk Manajemen Lahan dan Bangunan di Bidang Teknik Sipil
2.
Bidang Kegiatan :
PKM-AI
3.
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
Desy Virgiyanti
b. NIM :
1203222
c. Jurusan :
Pendidikan Teknik Sipil
d. Universitas/Institut/Politeknik :
Universitas Pendidikan Indonesia
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sersan Surip-Ledeng Rt.004/Rw.004
Kec.Cidadap
Kab. Bandung / 081320986934
f. Alamat email :
desivirgianti@ymail.com
4.
Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis :
3 orang
5.
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ir.Drs.H. Iskandar Muda Purwaamijaya,MT
b. NIDN : 0018106404
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sindang Kasih No.24 Rt.002/Rw.007 Kel.
Antapani Kidul Kec. Antapani Bandung Barat/08174843722 /
0818224581 / 082121 118118
6.
Biaya Kegiatan Total
a. Dikti :
Rp 3000.000,-
b. Sumber lain (sebutkan . . . ) : Rp -
7.
Jangka Waktu Pelaksanaan :
2 bulan
Bandung,
28 Maret 2014
Menyetujui,
Dekan
Fakultas Pendidikan Ketua
Pelaksana Kegiatan
Teknologi
dan Kejuruan
(
Dr.Eng.Agus
Setiawan, M.Si ) (Desy Virgiyanti)
NIP.
19690211 199303 1 001 NIM. 1203222
Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan Dosen Pendamping
(Prof. Dr. H. Dadang
Sunendar, M.Hum) (Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Muda P.,MT)
NIP : 19631024
198803 1 003 NIP. 19641018 199101 1 001
Digitasi ARC-View GIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perangkat
lunak sistem informasi geografi saat ini telah banyak dijumpai dipasaran.
Masing-masing perangkat lunak ini mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
menunjang analisis informasi geografi. Salah satu yang sering digunakan saat
ini adalah ArcView. ArcView yang merupakan salah satu perangkat lunak Sistem
Informasi geografi yang di keluarkan oleh ESRI (Environmental Systems
Research Institute). ArcView dapat melakukan pertukaran data,
operasi-operasi matematik, menampilkan informasi spasial maupun atribut secara
bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemograman (script) serta
melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan bantuan extensions (ESRI,
1996).
Saat ini
ESRI telah mengeluarkan tiga seri ArcView yaitu ArcView 3.1, ArcView 3.2,
ArcView 3.3,
namun sekarang ada seri terbarunya
dimana setiap pengeluaran seri terbaru dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan
didalamnya.
Sebelum
menjalankan program ArcView terlebih dahulu user harus menginstal program ArcView
ini. Program ArcView ini bisa diinstal di drive mana saja, bisa di drive C,
drive D atau di drive yang lainnya.
Setelah
program ArcView terinstal, langkah selanjutnya adalah menjalankan program
ArcView ini. Klik Start, Programs, ESRI, ArcView 3.x, ArcView 3.x. atau bila di
desktop telah ada shortcutnya. Klik shortcut (ikon) tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun
maksud penyusunan laporan ini, antara lain :
·
Agar bisa lebih memahami bagaimana cara pembuatan peta
digitasi yang baik dan sesuai dengan
ketentuan.
·
Agar lebih mengerti,
memahami serta peka terhadap masalah-masalah yang mencakup dalam Ilmu Ukur
Tanah.
·
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ilmu Ukur
Tanah” pada khusunya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Geografis
Pada dasarnya,
istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok:
sistem, informasi, dan geografis. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka
jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi dan SIG merupakan suatu sistem
yang menekankan pada unsur "Informasi Geografis". Penggunaan kata
Geografis" mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi: permukaan
dua atau tiga dimensi. Istilah "Informasi Geografis" mengandung
pengertian informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di
permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. Dengan memperhatikan
pengertian Sistem Informasi, maka SIG merupakan suatu kesatuan formal yang
terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-
objek yang terdapat di permukaan bumi. Dan, SIG merupakan sejenis perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk pemasukkan, penyimpanan, manipulasi,
menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
Berikut subsistem dalam SIG :
1. Data Input : subsistem ini bertugas untuk
mengumpulkan, mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber, dan
bertanggung jawab dalam mengkonversi format data-data aslinya ke dalam format
yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Data Output : subsistem ini menampilkan atau
menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk
softcopy maupun hardcopy seperti: tabel, grafik, peta dan lain-lain.
3. Data Management : subsistem ini mengorganisasikan baik
data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basidata sedemikian rupa sehingga
mudah dipanggil, diupdate, dan diedit.
4. Data Manipulasi dan Analisis : subsistem ini
menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,
subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
SIG terdiri dari beberapa komponen :
1. Perangkat Keras : perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitzer, printer, plotter,
dan scanner.
2. Perangkat Lunak : SIG juga merupakan sistem perangkat
lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang peranan kunci.
Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang
terdiri dari beberapa modul.
3. Data dan Informasi Geografi : SIG dapat mengumpulkan
dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung
dengan cara meng- importnya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun
secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta dan
memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan
keyboard.
4. Manajemen : suatu proyek SIG akan berhasil jika
dimanage dengan baik dan dikerjakan oleh
orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
Model dunia
nyata dapat memudahkan manusia di dalam studi area aplikasi yang dipilih dengan
cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Untuk merepresentasikan
objek-objek seperti bentuk bangunan, batas-batas wilayah, garis- garis jalan
raya, sungai, posisi pilar, dan sebagainya, yang dapat dilakukan oleh komputer
adalah memanipulasi objek dasar atau entity yang memiliki atribut geometri.
Hingga saat ini, secara umum, persepsi manusia mengenai bentuk representasi
entity spasial adalah konsep raster dan vektor, sehingga untuk menyajikan
entity spasial digunakan dua model data yakni :
1. Model Data Raster : Model data raster menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Akurasi model data ini sangat
bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid)di permukaan bumi.
Entity spasial raster disimpan di dalam layers yang secara fungsionalitas
direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Model data raster memberikan informasi
spasial apa yang terjadi dimana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisir.
2. Model Data Vektor : Model data vektor menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik,
garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk
dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor,
didefinisikan oleh sistem koodinat kartesian dua dimensi (x,y). Pada model data
vektor terdapat tiga entity yaitu :
·
Entinity Titik
·
Entinity Garis
·
Entinity Poligon
Gambar.
1. Contoh Data Geospasial
2.2 Pengantar GIS
GIS (Geographic
Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola
(input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi
geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut
sebagai data spasial bereferensi geografis.
Misalnya data kepadatan
penduduk suatu daerah, data jaringan jalan, data vegetasi dan sebagainya.
Arcview merupakan salah
satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk
mengelola data spasial. Arcview dibuat oleh ESRI (Environmental Systems
Research Institute). Dengan Arcview kita dengan mudah dapat mengelola data,
menganalisa dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial
bereferensi geografis.
Untuk memulai penggunaan
perangkat lunak Arcview 3.3 pastikan di dalam komputer sudah terinstal Arcview 3.3. Dari menu programs pilih ESRI,
kemudian pilik Arcview GIS 3.3 sehingga akan tampil
Gambar 2. Tampilan awal Arcview 3.3
Beberapa bagian Arcview yang cukup penting antara lain adalah :
a. Project
Merupakan kumpulan dari
dokumen yang berasosiasi selama satu sesi Arcview. Setiap project memiliki lima
komponen pokok yaitu views, tables, charts, layouts dan scripts. Views
digunakan untuk mengelola data grafis. Sedangkan tables untuk manajemen data
atribut, charts untuk mengelola grafik (bukan data grafis). Layouts untuk
membuat komposisi peta yang akan dicetak dan scripts dipakai untuk membuat
modul yang berisikan kumpulan perintah Arcview yang ditulis menggunakan bahasa pemrograman
Avenue.
Gambar 3. Windows Project
b. Theme
Arcview mengendalikan
sekelompok feature serta atribut di dalam sebuah theme dan mengelolanya di
dalam sebuah views. Sedangkan theme menyajikan sekumpulan obyek nyata sebagai
feature peta yang berhubungan dengan atribut. Feature dapat berupa titik
(points), garis (lines) maupun polygon. Contoh feature yang berupa titik adalah
sekolah, pos polisi, rumah sakit. Untuk feature garis antara lain adalah jalan
raya, jalan tol, sungai. Sedangkan sawah, danau, lahan parkir, wilayah
administrasi pemerintahan merupakan sebuah fiture polygon.
Gambar 4. Windows Project
c. Views
View merupakan sebuah
peta interaktif yang dapat digunakan untuk menampilkan, memeriksa, memilih dan
menganalisa data grafis. View tidak menyimpan data grafis yang sebenarnya,
tetapi hanya membuat referensi tentang data grafis mana saja yang terlibat. Ini
mengakibatkan view bersifat dinamis. View merupakan kumpulan dari theme.
Gambar 5. Views
d. Table
Tabel digunakan untuk menampilkan
informasi tentang fature yang ada di dalam suatu view. Sebagai contoh
menjelaskan tentang propinsi bali disiapkan tabel yang berisi data-data item
nama kabupaten, jumlah penduduk laki-laki, perempuan, total dan sebagainya.
Gambar 6. Table
e. Chart
Chart merupakan sebuah
grafik yang menyajikan data tabular. Di dalam Arcview chart terintegrasi penuh
dengan tabel dan view sehingga dapat dilakukan pemilihan record-record mana
yang akan ditampilkan ke dalam sebuah chart. Terdapat enam jenis chart yaitu
area, bar, column, p dan scatter.
f. Layout
Layout digunakan untuk
mengintegrasikan dokumen (view, table, chart) dengan elemen-elemen grafik yang
lain di dalam suatu window tunggal guna membuat peta yang akan dicetak. Dengan
layout dapat dilakukan proses penataan peta serta merancang letak-letak
property peta seperti : judul, legend, orientasi, label dan sebagainya.
g. Script
Script merupakan sebuah bahasa pemrograman dari Arcview yang ditulis ke
dalam bahasa Avenue.
BAB III
PEMETAAN DIGITAL
3.1 Peta Dasar Yang Digunakan
Peta dasar / peta analog yang digunakan
yaitu peta dasar garis kota Bandung no. Lembar : 8.J-4 wilayah Karees Kelurahan Kebon Waru
dan Kecamatan Batu Nunggal penggambaran peta tersebut dilaksanakan oleh PT.
Exsa International Co Ltd. Jl. Tomang raya 74 Jakarta, atas nama Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya bidang Proyek Pengembangan Kota
Bandung "Dewi Sartika Tahap II" yang diambil berdasarkan hasil foto
udara skala 1: 5.000 hasil pemotretan udara PT. EXSA INT. dengan kamera MRB. 15
/ 2323 tahun 1988. Peta tersebut kemudian didigitasi ulang oleh mahasiswa
program studi S1 Pendidikan Teknik Sipil
angkatan 2008.
3.2 Langkah-langkah Pemetaan Digital Dengan
Archview GIS
A. Merancang Project Baru
Untuk membuat sebuah project baru, langkah yang diperlukan adalah :
1. Aktifkan Arcview
2. Dari menu bar pilih File, selanjutnya klik New
Project sehingga diperoleh tampilan sebagai berikut :
Gambar 7. New Project
3. Klik New untuk membuat sebuah view baru dengan nama
View1
Gambar 8. View
B. Membuat theme
Untuk dapat menyimpan
data spasial perlu di buat sebuah theme. Misalnya akan dibuat sebuah theme yang
digunakan untuk menyimpan data wilayah kecamatan di sebuah kabupaten. Langkah
yang dilakukan adalah :
1.
Dari menu bar View pilihlah New Theme, sehingga akan
muncul kotak dialog sebagai berikut :
Gambar 9. Menyimpan Theme
2.
Pilihlah feature type-nya adalah polygon, karena kita
akan membuat sebuah peta wilayah.
3.
Selanjutnya simpan theme yang akan dibuat dengan nama
wilayah.shp
4.
Untuk memulai menggambar peta wilayah dengan mouse, dari
menu bar pilih Theme selanjutnya klik Start Editing.
5.
Dari tool bar pilih draw rectangle dan pilih polygon
seperti gambar 10. (a)
6.
Untuk menggambar peta wilayah seperti gambar 10. (b) dapat dilakukan dari mana saja asalkan tool
draw sudah dalam posisi polygon. Tempatkan mouse pada permukaan yang akan
digunakan untuk mulai menggambar peta, kemudian klik kiri untuk mulai
menggambar. Tarik ke arah yang diinginkan, jika diinginkan untuk belok lakukan
kembali klik kiri pada titik belokan. Untuk berhenti menggambar klik kiri dua
kali. Sedangkan untuk batas wilayah antar kecamatan gunakan tool Draw Line To
Split Polygon.
Gambar 10. (a) tool bar Draw (b) peta wilayah
C. Membuat Table untuk
Theme
Untuk memberikan
informasi pada theme yang dibuat perlu disiapkan table yang akan diisi dengan
informasi yang diperlukan. Sebagai c untuk theme wilayah akan dilengkapi
informasi tentang nama kecamatan, jumlah penduduk, serta jumlah penderita DB.
Langkah yang dilakukan adalah :
1. Aktifkan theme yang akan dilengkapi tabelnya.
2. Pilih tool bar Open Theme Table sehingga
muncul
Gambar 11. Attributes Wilayah.shp
3.Tambahkan 3 kolom baru yaitu kolom nama
kecamatan, jumlah penduduk, jumlah
penderita DB.
4. Klik menu Table dan pilih Start Editing
5. Dari menu Edit, pilih Add Field sehingga muncul kotak
dialog
Gambar 12. Add Field
Kerjakan juga untuk 2 field lainnya yaitu jumlah
penduduk dan jumlah penderita DB.
6. Sehingga sekarang
tabelnya menjadi sebagai berikut :
Gambar 13. Hasil penambahan field
7. Isi tabel dengan data sebagai berikut :
Gambar 14. Hasil pengisian tabel
8.
Dari menu Table klik Stop Editing untuk mengakhiri
pengisian tabel.
D. Membuat Legend
Untuk dapat membedakan
wilayah antar kecamatan, dapat dengan melangkapi theme menggunakan legend.
Tahapan yang diperlukan adalah :
1.
Aktifkan view yang berisi theme wilayah.shp
2.
Klik dua kali pada
theme wilayah.shp sehingga akan muncul
Gambar 15. Legend Editor
3.
Ganti isian kotak Legend type dengan Graduated Color.
4.
Isikan pada kotak Classification Field dengan Id sehingga
akan muncul beberapa baris dan tiga kolom isian yaitu symbol, value dan label.
5.
Ganti isi label dengan nama kecamatan yang sesuai dengan
Id seperti pada gambar 15.
6.
Untuk mengganti kombinasi warna ganti kotak Color Ramps
dengan warna yang diinginkan.
7.
Untuk melihat efeknya klik apply dan simpan legend dengan
nama wilayah.avl
8.
Hasilnya seperti
terlihat pada gambar 17.
Gambar 16. Isian Label pada Legend
Gambar 17. Hasil view jika ditambahkan Legend
3.3 Sistem Penyimpanan
( Storage )
1. Penyimpanan di Komputer
Setelah selesai penggambaran,
lakukan penyimpanan data atau dokumen dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Klik Theme
·
Pilih dan Klik Start editing
·
Klik File
·
Pilih dan Klik Save project
·
Keluar dari Program Archview GIS
2. Penyimpanan
kedalam CD (Soft Copy ke CD).
Selain
penyimpanan didalam computer, penyimpanan juga dapat dilakukan kedalam CD atau
soft copy ke CD (Burning) / Back up data. Alat yang dibutuhkan dalam proses ini
adalah CD ReWritable atau DVD combo. DVD combo yang kami gunakan yaitu merk
Lite-On DVD combo.
Ada beberapa
program tambahan yang digunakan untuk burning, salah satunya adalah program nero.
Pem-burningan juga bias dilakukan secara langsung jika data yang akan di copy
ke CD kapasitasnya sedikit. Langkah ini yang kami lakukan dalam proses
penyimpanan ke CD karena data yang kami masukan sedikit sehingga tidak perlu
menggunakan program tambahan untuk mempercepat proses peng-kopian.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
Burning
Langsung ke CD tanpa program tambahan yaitu
:
1. Masukan CD blank ke DVD combo driver.
2. Buka toolbar “explore” atau klik kanan pada
taskbar star, lalu pilih explore.
3. Copy data peta yang telah disimpan, lalu paste
pada DVD combo drive. Pada CD akan terlihat file yang belum sepenuhnya tersimpan.
4. Klik kanan pada DVD combo drive. Pilih Write These File to CD.
5. Tulis Nama CD, lalu tekan next.
6. Klik Finish.
Burning ke CD dengan program tambahan Nero
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu
:
1. Masukan CD blank ke DVD combo driver.
2. Buka Program nero.
3. Pilih Copy and Backup.
Lalu Pilih Burn image to disc. Akan muncul data tampilan
4. Open untuk memilih data
yang akan di backup ke CD. Pilih file lalu open.
5. pilih Data lalu pilih data disc.
6. Add untuk mengambil data yang akan di burning. Lalu pilih next. Muncul
tampilan final burn setting.
7. Tulis nama CD dan pilih
speed/ kecepatan pembeckupan yang diinginkan paka pilihan writing speed.
8. Pilih Burn. Lalu Finish.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pemetaan digital adalah suatu proses
pekerjaan pembuatan peta dalam format digital yang dapat disimpan dan dicetak
sesuai dengan keinginan pembuatannya baik dalam jumlah atau skala peta yang
akan dihasilkan. Peta digital tidak dipengaruhi oleh faktor skala dan hanya
dibatasi oleh keterbatasan memori penyimpan perangkat keras dan keterbatasan
perangkat lunaknya.
Perangkat
lunak yang kami gunakan pada pemetaan digital kali ini adalah Archview GIS, Arcview merupakan salah
satu perangkat lunak GIS yang populer dan paling banyak digunakan untuk
mengelola data spasial. Arcview dibuat oleh ESRI (Environmental Systems
Research Institute). Dengan Arcview kita dengan mudah dapat mengelola data, menganalisa
dan membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi
geografis.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pengolah peta digital atau digitasi peta, hal yang paling penting adalah
pemahaman mengenai materi tentang
pemetaan dan mampu mengoperasikan program komputer Achview GIS untuk
menghasilkan otomatisasi pembuatan peta.
4.2 Saran
Ø Pastikan setelah selesai mengedit digitasi peta, harus d
save project
Ø Biasanya hasil scanning posisi peta menjadi miring, oleh karena
itu buat peta itu menjadi lurus.
Ø Biasakan dalam menandai garis tiap bangunan atau jalan
punya layar masing-masing.
Langganan:
Postingan (Atom)