spongebob say "hai"

Kamis, 30 Mei 2013

makalah UTM Universal Transverse Mercator

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis telah mampu menyelesaikan makalah ini yang bertemakan mengenai Proyeksi Peta, Universal Transverse Mercator (UTM) dan Sistem Koordinat. Maklah ini disusun untukk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
            Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk bumi sebenarnya bukan bulat tetapi menyerupai ellips tiga dimensi atau ellipsoid, maka dari itu perlu diketahui suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimernsi yang lain atau disebut juga dengan proyeksi. Lalu apakah yang dimaksud dengan Proyeksi peta? Proyeksi apa saja yang digunakan? Apakah yang dimaksud dengan Proyeksi UTM dan Bagaimanakah Sistem Koordinat permukaan bumi? Pertanyaaan-pertanyaan tersebut menjadi fokus makalah yang penulis susun. Dengan uraian yang komprehensif ini, diharapkan pemahaman mengenai Proyeksi Peta, Proyeksi UTM dan Sistem Koordinat.
            Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan makalah ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, MT., selaku dosen dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah;
2.      Wira Arga Waringga, selaku asisten dosen mata kuliah Ilmu Ukur Tanah;
3.      para senior dan rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini;
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah hasil karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.
Bandung, Maret 2013


Penulis












 


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI. iii
DAFTAR GAMBAR.. iv
DAFTAR TABEL.. v

BAB I PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah 1
B.         Rumusan Masalah 2
C.         Tujuan Penulisan Makalah 2
D.        Manfaat Penulisan Makalah 3
E.         Prosedur Makalah 3

BAB II LANDASAN TEORI
1.       Proyeksi Peta. 4
2.       Universal Transverse Mercator (UTM) 10
3.       Sistem Koordinat 14

BAB III PEMBAHASAN
A.       Proyeksi Peta 16
B.        Universal Transverse Mercator. 17
C.        Sistem Koordinat 19

BAB IV PENUTUP
A.     Simpulan 20
B.     Saran. 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 22




DAFTAR GAMBAR
No
Judul Gambar
Halaman
1
Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya pada biadang dan datum
6
2
Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya pada bidang dan datum
7
3
Proyeksi kerucut bidang datum dan bidang proyeksi
10
4
Proyeksi polyeder bidang datum dan bidang proyeksi
10
5
Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM
11
6
Konvergensi meridian pada proyeksi UTM
14
7
Sistem koordinat geografis
15
8
Bumi sebagai spheroid
15
9
Jenis bidang proyeksi
17
10
Gambar UTM kota Bandung
18









DAFTAR TABEL
NO
Judul Tabel
Halaman
1
Kelas proyeksi peta
8


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
            Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk bumi sebenarnya bukan bulat tetapi menyerupai ellips tiga dimensi atau ellipsoid, maka dari itu perlu diketahui suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimernsi yang lain atau disebut juga dengan proyeksi, dan teknik-teknik serta penggambarannya dikenal dengan proyeksi peta.
            Dalam proyeksi peta terdapat beberapa macam, dilihat dari berbagai kriteria, diantaranya dilihat dari sipat, bidang, serta kedudukan bidang proyeksi. Dari berbagai macam kriteria tersebut Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) merupakan sistem yang digunakan untuk kepentingan pemetaan (proyeksi silinder) dan bersipat Universal sebagai sistem Pemetaan Nasional, keuntungan dan kerugian sistem UTM, serta gambaran kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bumi pada proyeksi UTM dan kemudian untuk melihat serta menghitung suatu proyeksi diperlukan sistem koordinat.
            Berkenaan dengan urgensi pembahasan Proyeksi Peta, UTM, dan Sistem Koordinat tersebut, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi para dosen maupun para mahasiswa untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan, berkenaan dengan Proyeksi Peta, sistem UTM dan Sistem Koordinat baik secara teoritis maupun secara praktis. Oleh sebab itu, penulis menulis sebuah makalah yang berjudul “Proyeksi Peta, Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) dan Sistem Koordinat.
B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan proyeksi peta ?
2.      Apakah tujuan, cara dan pembagian sistem proyeksi pada peta?
3.      Apakah yang dimaksud dengan UTM (Universal Transverse Mercator) ?
4.      Bagaimana ketentuan UTM ?
5.      Apa saja ciri-ciri Proyeksi UTM ?
6.      Mengapa UTM dijadikan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional ?
7.      Apa saja keuntungan dan kerugian sistem UTM ?
8.      Bagaimanakah sistem koordinat bentuk permukaan bumi ?
C.           Tujuan Penulisan Makalah
 Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1.      Pengertian proyeksi peta;
2.      Tujuan, cara, dan pembagian sistem proyeksi pada peta;
3.      Pengertian UTM;
4.      Ketentuan-ketentuan proyeksi UTM;
5.      Ciri-ciri proyeksi UTM;
6.      Alasan UTM dijadikan sistem Proyeksi Nasional;
7.      Keuntungan dan kerugian menggunakan UTM;
8.      Sistem koordinat bentuk permukaaan bumi;
D.           Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep pengetahuan mengenai proyeksi UTM. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.      Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang konsep Ilmu Ukur Tanah mengenai proyeksi peta;
2.      Pembaca/dosen/mahasiswa, sebagai media informasi tentang proyeksi UTM baik secara teoritis maupun secara praktis.
E.            Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode noninteraktif model analisis teks. Melalui metode ini penulis menguraikan secara komprehensif permasalahan yang akan dibahas. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.





















BAB II
LANDASAN TEORI
1.    Proyeksi  Peta
A.  Pengertian Proyeksi Peta
Proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimensi yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan proyeksi peta yaitu teknik-teknik untuk menggambarkan sebagian atau atau keseluruhan permukaan tiga dimensi secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi  sekecil mungkin distorsi dengan :
1.        Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang terlalu luas.
2.        Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang dapat ditatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder.
B.  Tujuan, Cara dan Pembagian Proyeksi Peta
a)    Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:
·         Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.
·         Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas.
b)   Cara proyeksi peta bisa dipilih sebagai:
·      Proyeksi langsung (direct projection): yaitu dari ellipsoid langsung ke bidang proyeksi.
·      Proyeksi tidak langsung (double projection): yaitu proyeksi yang dilakukan menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang proyeksi.
c)    Pembagian Sistem Proyeksi Peta
Pembagian sistem proyeksi peta biasanya dikelompokan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.      Bidang proyeksi yang yang digunakan :
a.       Proyeksi azimuthal/zenithal : bidang proyeksi bidang datar.
b.      Proyeksi kerucut : bidang proyeksi bidang selimut kerucut.
c.       Proyeksi silinder : bidang proyeksi bidang selimut silinder.
2.      Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi
a.       Proyeksi tangen : bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi.
b.      Proyeksi secant : bidang proyeksi berpotongan dengan bola bumi.
c.       Proyeksi polysuperficial : banyak bidang proyeksi.

Gambar 1. Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya pada bidang datum


3.      Posisi sumbu bidang proyeksi terhadap sumbu bumi
a.       Proyeksi normal : sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi.
b.      Proyeksi miring : sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi.
c.       Proyeksi transversal : sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bola bumi.
Gambar 2. Jenis bidang proyeksi kedudukannya pada bidang dan datum
                                                                                                                           
Sedangkan berdasarkan pertimbangan intrinsik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)   Sifat asli yang dipertahankan
a.       Proyeksi ekuivalen : luas daerah dipertahankan, luas pada peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan luas asli pada muka bumi.
b.      Proyeksi conform : bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka bumi.
c.       Proyeksi ekuidistan : Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.
2)   Cara penurunan peta:
a)         Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
b)        Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis.
c)         Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.
3)   Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta skala besar adalah:
1)        Distorsi pada peta berada pada batas batas kesalahan grafis.
2)        Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan.
3)        Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin.
4)        Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya.
5)        Menggunakan titik-titik kontrol sehingga posisinya segera bisa diplot.

Tabel 1. Kelas proyeksi peta
Kelas
Pertimbangan Ekstrinsik
1. Bid. Proyeksi
Datar
Kerucut
Silinder
2. Persinggungan
Tengent
Secant
Superficial
3. Posisi
Normal
Miring
Transversal
Pertimbangan Instrinsik
4. Sifat
Ekuidistan
Ekuivalen
Konform
5. Generasi
Geometris
Matematis
Semi Geometris
Bidang datum dan bidang proyeksi:
a)      Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (j ,l )
b)      Bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y).

Proyeksi Polyeder
Sistem proyeksi kerucut, normal, tangent dan konform. Proyeksi ini digunakan untuk daerah 20 x 20 (37 km x 37 km), sehingga bisa memperkecil distorsi. Proyeksi polyeder di Indonesia digunakan untuk pemetaan topografi dengan cakupan: 94° 40’ BT - 141° BT, yang dibagi sama tiap 20 atau menjadi 139 bagian, 11° LS - 6° LU, yang dibagi tiap 20 atau menjadi 51 bagian. Keuntungan proyeksi polyeder  yaitu karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20 x 20, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar. Kerugian proyeksi polyeder yaitu untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi koordinat, grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif, tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas dan kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.
Gambar 3. Proyeksi kerucut bidang datum dan bidang proyeksi

Gambar 4. Proyeksi polyeder bidang datum dan bidang proyeksi

2. UTM (Universal Transverse Mercator  )
1)      Pengertian Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator dengan sifat-sifat khusus. UTM merupakan sistem proyeksi silinder,konform, secant, transversal.
Gambar 5. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM

2)      Ketentuan UTM
·         Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan faktor skala 1.
·           Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
·           Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
·           Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.
3)      Ciri Proyeksi UTM
Ciri proyeksi UTM adalah :
a)      Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi cakupan garis meridian dengan lebar  yang disebut zone.
b)      Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada bidang tengah poyeksi.
c)      Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di tengah bidang proyeksi.
d)     Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi pada butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis pembentukan gridn bukan hasil dari garis Bujur atau Lintang Ellipshoide (kecuali garis Meridian Pusat dan Equator).
e)      Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di Meridian Pusat = , atau garis arah meridian yang melalui titik luar Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta yang disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.
4)      UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional
Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
a.       Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative seimbang.
b.      Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi mnimal).
c.       Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan bidang  antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.
5)     Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
a.  Proyeksi simetris selebar 6° untuk setiap zone.
b. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zone di seluruh dunia.
c.  Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
Kerugian :
a.    Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini harus diperhatikan dalam perhitungan.
b.    Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih dibutuhkan hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi tidak praktis.
c.    Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai lebih kurang 150 meter.
Konvergensi adalah serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan dan  Konvergensi Meridian adalah ukuran lembar peta dan cara menghitung titik sudut lembar peta UTM .
Gambar 6. Konvergensi meridian pada proyeksi UTM

3.    Sistem Koordinat
Koordinat adalah posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol sumbu Y.
Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang) tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude.
Gambar 7. Sistem koordinat geografis
Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan pemodelan bumi sebagai spheroid adalah:
§  Meridian dan meridian utama.
§  Paralel dan paralel NOL atau ekuator.
§  Bujur (longitude - j), bujur barat (0° - 180° BB) dan bujur timur (0° - 180° BT).
§  Lintang ( latitude - l ), lintang utara (0° - 90° LU) dan lintang selatan (0° – 90°LS).
Gambar 8. Bumi sebagai spheroid
















                                                         BAB III      
PEMBAHASAN
A.    Proyeksi Peta
1.    Dalam pengertiannya proyeksi adalah suatu cara dalam menyajikan suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimensi yang lain dan proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Tujuan dari sistem proyeksi peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar. Tujuan sistem proyeksi peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar dan cara proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung (direct projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection). Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
 
Gambar 9.Jenis bidang proyeksi
                                                                                           
B.       UTM (Universal Transverse Mercator)
Sistem proyeksi yang digunakan di Indonesia diantaranya ada sistem proyeksi Polyeder dan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), yang dijadikan sebagai sistem proyeksi nasional di Indonesia adalah proyeksi UTM karena sistem ini memiliki tingkat distorsi yang lebih minimum dibanding polyeder yaitu berkisar antara -40 cm/ 1000 m dan 70cm/ 1000 cm. Selain itu Proyeksi UTM pun memiliki sifat-sifat khusus yaitu :
1)      Proyeksi Transverse Mecator dengan lebar zone ,
2)      Sumbu pertama (ordinat/ Y) : Meridian sentral dari tiap zone,
3)      Sumbu kedua (absis/ X) : equator,
4)      Satuan : meter
5)      Absis semu (T) :500.000 meter padqa meridian sentral,
6)      Ordinat semu (U) : 0 meter di equator untuk belahan bumi bagian utara dan 10.000.000 meter di equator untuk bagian belahan bumi bagian selatan,
7)      Faktor skala : 0,9996 (pada meridian sentral),
8)      Penomoran zone : dimulai dengan zone 1 dari  BB s.d  BB, Tzone 2 dari  s.d , dan seterusnya sampai zone  yaitu dari  BB s.d  BT,
9)      Batas lintang :  LU dan  dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah , kecuali untuk bagian lintang x yaitu ,
10)  Penomoran bagian derajat lintang : dimulai dari notasi C, D, E, F, sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).
Gambar 10. UTM Kota Bandung
Zone ditentukan dengan :
(Pembulatan ke atas  ) + 30
Dimana :
Bujur : bujur ditengah daerah pemetaan
 : lebar 0,5 zone
30 : nomor zone di Greenwich
Kesimpulan, parameter Koordinat UTM terdiri atas komponen North/East dan informasi zone (kontur bukan parameter koordinat).
Sebagai pengetahuan, UTM kota Bandung yaitu 48, sedangkan kota Tasikmalaya 49.

C.           Sistem Koordinat
             Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude).






BAB IV
PENUTUP
A.           Simpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
1.      Proyeksi Peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin.
2.      Tujuan sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar.
3.      Cara proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung (direct projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection). Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
4.      Proyeksi UTM merupakan sistem proyeksi silinder, conform, secant, transversal.
5.      UTM banyak digunakan, dan di Indonesia sistem Proyeksi UTM digunakan sebagai sistem Pemetaan Nasional karena memiliki nilai distorsi yang minimum, kondisi geografi Indonesia, serta pertimbangan kepentingan teknis.
6.      Parameter koordinat UTM terdiri atas komponen North/East dan informasi zone.
7.      Sistem koordinat permukaan bumi keseluruhan menggunakan sistem koordinat geografik (Geodetik) yang diukur dengan menggunakan derajat (degree) garis-garis lingkaran yang menghubungkan kutub utara ke kutub selatan dikenal dengan nama garis bujur (longitude) atau garis-garis meridian. Garis-garis lingkaran yang tegak lurus terhadap garis meridian dikenal dengan nama garis lintang (latitude).
B.     Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:
1.      Dosen hendaknya dapat memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh para mahasiswanya ketika masuk kepada materi proyeksi peta, sistem UTM dan sistem koordinat.
2.      Mahasiswa hendaknya belajar memahami serta banyak membaca khususnya mengenai materi proyeksi peta, UTM dan sistem koordinat ini, agar ada korelasi dari apa yang dijelaskan oleh dosen.




DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, I.M. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.




Bandung, 2013
ilmu ukur tanah 

4 komentar:

  1. asslm..
    mbak virgianti..saya mohon izin copy paste untuk bahan diskusi bersama teman2.
    makasih sebelumnya...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mohon maaf mbak Virgianti saya ijin copy paste untuk bahan diskisi dengan teman2

    BalasHapus